ANALISIS
GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI
“BIMBANG”
KARYA EDYANDA SETIYANI
DI SUSUN OLEH
SUMARTINI
116211186
6 C
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Islam Riau
Pekanbaru
2014
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karya sastra terdiri atas dua jenis sastra (genre), yaitu prosa dan puisi. Prosa
biasanya dikatakan sebagai karangan bebas, sedangkan puisi disebut sebagai
karangan terikat oleh aturan-aturan. Dalam kesusastraan indonesia dikenal dua
istilah yaitu sajak dan puisi, kedua hal tersebut sering dicampur adukkan. Hal
ini terjadi karena masuknya istilah puisi dari bahasa asing kedalam sastra indonesia.
Dalam karya sastra puisi dikenal juga dengan adanya
gaya bahasa. Gaya bahasa atau style adalah cara mengungkapkan pikiran atau
perasaan melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian
penulis. Gaya bahasa yang digunakan dalm sebuah puisi untuk menimbulkan reaksi
tertentu, dan menimbulkan tanggapan pikiran pada pembaca. Setiap pengarang
biasanya mempunyai gaya bahasa sendiri. Hal ini sesuai dengan sifat dan
kegemaran masing-masing pengarang.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Gaya Bahasa Dalam Kumpulan Puisi “Bimbang” Karya Edyanda Setiyani
Gaya
Bahasa, yaitu penggunaan bahasa yang dapat menghidupkan/ meningkatkan
efek dan menimbulkan konotasi tertentu. Bahasa figuratif menyebabkan puisi
menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Gaya
bahasa disebut juga majas.
BIMBANG
Gundah dan bimbang yang
kurasakan
Perasaan apakah ini ??
Tak menentu kadang
Dan kadang juga pergi
Tanpa pamitan
Sudah ku lupakan semua
tapi kasih juga tersisa iba
Entah dari mana
datangnya
Dia selalu memikat jiwa
Dan selalu menemani
kita
Seakan sulit menghilang
Bagaikan sebuah hiasan
berperekat
Serta selalu memikat
Setiap hati yang
tersesat
Tapi......
Mengapa hanya sesaat
Bukankah dia tak
diinginkan
Dan bukanlah dia bukan
idaman
Hanya kejelekan yang
dimunculkan
Dan kebencian yang
dinampakkan
Serta hanya lidah yang
berperang
Aku bosan dan tak
percaya
Haruskah aku
perjuangkan
Semua dugaan
Ataukah kubiarkan tanpa
beban
Ataukah hanya kujadikan
tambatan
Hanya rasa penyesalan
Yang ku berikan
2.1 Analisis Gaya Bahasa Dalam Kumpulan
Puisi “Bimbang” Karya Edyanda
Setiyani
1) Gaya
Bahasa Aliterasi
Gaya bahasa Aliterasi adalah gaya bahasa yang berwujud perulangan
konsonan yang sama, fungsinya adalah untuk keindahan penekanan arti atau makna
dan menciptakan suasana tertentu dalam puisi. Sehingga aliterasi ini banyak
digunakan dalam puisi.
Dalam puisi “ Bimbang”
terdapat pemakaian gaya bahasa Aliterasi. Gaya bahasa yang digunakan dalam
puisi “Bimbang” terlihat pada bait puisi
berikut ini.
Gundah dan bimbang yang
kurasakan
Perasaan apakah ini ??
Tak menentu kadang
Dan kadang juga pergi
Tanpa pamitan
...................................
Kata-kata yang bercetak
miring /kurasakan/,/ kadang/, /pamitan/
kata yang bercetak miring tersebut mengandung perulangan konsonan yang sama.
2) Gaya
Bahasa Klimaks
Gaya bahasa klimaks
adalah gaya bahasa yang menyatakan beberapa hal secara berturut-turut yang setiap kali semangkin
meningkat kepentingannya. Jadi penyebutan barang atau sifat yang semangkin lama
makin meningkat. penyebutannya di mulai dari yang sederhana sampai yang
istimewa dan dari jumlah yang sedikit sampai yang terbanyak.
Dalam puisi “ Bimbang”
terdapat juga gaya bahasa klimaks. Adapun gaya bahasa yang terdapat dalam puisi
“ Bimbang” terlihat pada penggalan bait puisi “ Bimbang “Berikut ini”.
............................................................................
Sudah ku lupakan semua
tapi kasih juga tersisa iba
Entah
dari mana datangnya
Dia selalu memikat jiwa
Dan selalu menemani kita
Seakan sulit menghilang
.......................................
Dalam
penggalan bait puisi yang dicetak miring /entah
dari mana datangnya/, /memikat jiwa/, /menemani kita/, dan /sulit menghilang/ menggunakan gaya
bahasa klimaks yakni gaya bahasa yang mengungkapkan hal-hal yang setiap kali
kepentingannya semangkin meningkat. Kita
dapat melihat penggunaan kata Entah dari
mana datangnya meningkat memikat jiwa,
kemudian meningkat lagi menjadi menemani
kita, dan sampai akhirnya meningkat menjadi sulit menghilang
3) Gaya
Bahasa Asosiasi
Gaya
Bahasa Asosiasi adalah gaya bahasa yang membandingkan suatu benda dengan
keadaan lain yang sesuai dengan keadaan yang dilukiskannya sehingga menimbulkan
asosiasi atau tanggapan dengan benda yang diperbandingkan itu, biasanya
dinyatakan dengan kata bagaikan, seperti,
laksana, bak, dan sebagainya.
Dalam
puisi “Bimbang” terdapat gaya bahasa asosiasi. Gaya bahasa asosiasi yang
digunakan oleh pengarang dalam puisinya “ Bimbang” terlihat pada penggalan bait puisi berikut
ini.
......................................................
Bagaikan
sebuah hiasan berperekat
Serta selalu memikat
Setiap hati yang
tersesat
Tapi......
Mengapa hanya sesaat
.....................................
Dalam
penggalan bait puisi di atas bagian yang dicetak miring terlihat jelas pada /Bagaikan
sebuah hiasan berperekat/. Jadi, dalam penggalan puisi di atas kata bagaikan digunakan oleh pengarang untuk
membandingkan kekasihnya yang sulit
menghilang dengan sebuah hiasan yang sudah berperekat.
4) Gaya
Bahasa Asonansi
Gaya Bahasa Asonansi
adalah gaya bahasa yang berupa perulangan bunyi vokal yang sama, fungsi gaya
bahasa asonansi untuk memperoleh efek penekanan makna. Mencptakan suasana
tertentu ataupun hanya sekedar keindahan.
Dalam puisi “Bimbang”
terdapat gaya bahasa asonansi. Adapun gaya bahasa yang digunakan pengarangnya
dalam puisi bimbang terdapat juga gaya
bahasa asonansi. Untuk memperjelas gaya bahasa asonansi yang digunakan pengarang
dalam puisi “ Bimbang” akan di jelaskan
pada penggalan bait puisi berikut ini.
.....................................................
Bukankah dia tak diinginkan
Dan bukanlah dia bukan idaman
Hanya kejelekan yang dimunculkan
Dan kebencian yang dinampakkan
........................................................
Penggalan bait puisi di atas
bagian yangg dicetak miring memiliki gaya bahasa asonansi, seperti pada / Bukankah dia tak diinginkan, /bukanlah dia bukan idaman/, /Hanya
kejelekan yang dimunculkan/, dan /kebencian
yang dinampakkan/. Jadi, gaya bahasa
asonansi didalam penggalan bait puisi tersebut di gunakan oleh pengarang untuk
memberikan efek penekanan makna, dan menciptakan suasana tertentu.
5) Gaya
bahasa personifikasi
Gaya Bahasa
Personifikasi adalah gaya bahasa yang menganggap benda-benda tak bernyawa
mempunyai kegiatan seperti yang dimiliki manusia atau mempersamakan benda-benda
mati dengan manusia yang hidup dengan segala aktivitasnya, misalnya berjalan,
melihat, makan, minum, berperang dll.
Dalam puisi “Bimbang”
terdapat gaya bahasa personifikasi. Adapun gaya bahasa yang digunakan
pengarangnya dalam puisi “Bimbang”
terdapat gaya bahasa personifikasi. Gaya bahasa personifikasi adalah
gaya bahasa yang mempersamakan suatu benda-benda dengan manusia yang hidup.
Berikut akan di jelaskan gaya bahasa personifikasi dalam puisi “ Bimbang” pada penggalan bait
puisi berikut ini.
.....................................................
Hanya kejelekan yang
dimunculkan
Dan kebencian yang
dinampakkan
Serta
hanya lidah yang berperang
Aku bosan dan tak
percaya
............................................
Penggalan
bait puisi “Bimbang” di atas terlihat
adanya gaya bahasa personifikasi yakni gaya bahasa yang mempersamakan
seolah-olah benda itu melakukan hal yang dilakukan oleh manusia. Seperti pada /Serta hanya lidah yang berperang/, dalam
penggalan baris puisi tersebut pengarang menyatakan bahwa hanya lidah yang
berperang.
6) Gaya
Bahasa Repetisi
Repetisi adalah gaya bahasa yang
mengulang sepatah kata atau kelompok kata beberapa kali dalam kalimat yang
berbeda atau perulangan bunyi, kata atau bagian kalimat yang di anggap penting
untuk memberikan tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. Repetisi juga dapat
diartikan pengucapan dengan mengulangi kata yang baru saja dipergunakan atau
dengan mengulangi kata-kata tertentu.
Puisi “ Bimbang” dalam kumpulan
puisi Edyanda Setiyani terdapat gaya bahasa repetisi. Yakni gaya bahasa perulangan
kata-kata tertentu. Lebih jelasnya dapat dilihat dalam penggalan bait puisi “ Bimbang”
berikut ini.
......................................................
Haruskah aku perjuangkan
Semua dugaan
Ataukah
kubiarkan tanpa beban
Ataukah
hanya kujadikan tambatan
Hanya
rasa penyesalan
Yang ku berikan
....................................
Penggalan
bait puisi di atas terdapat gaya bahasa repetisi. gaya bahasa repetisi juga di
gunakan oleh pengarang. Untuk memperjelas gaya bahasa repetisi dalam puisi “
Bimbang” dapat dilihat pada /haruskah/,
/ataukah kubiarkan/, /ataukah hanya kujadikan/, dan /ku/. Pada penggalan puisi tersebut
telihat jelas bahwasannya ada perulangan kata-kata dalam puisi “ Bimbang”.