Jumat, 28 Maret 2014

SEMANTIK ( ANALISIS GAYA BAHASA DALAM PUISI "BIMBANG")



ANALISIS GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI  
“BIMBANG” KARYA EDYANDA SETIYANI 

 
DI SUSUN OLEH
SUMARTINI
116211186
6 C


Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Islam Riau
Pekanbaru
2014 

 


BAB 1
PENDAHULUAN
       1.1  Latar Belakang
Karya sastra terdiri atas dua jenis sastra (genre), yaitu prosa dan puisi. Prosa biasanya dikatakan sebagai karangan bebas, sedangkan puisi disebut sebagai karangan terikat oleh aturan-aturan. Dalam kesusastraan indonesia dikenal dua istilah yaitu sajak dan puisi, kedua hal tersebut sering dicampur adukkan. Hal ini terjadi karena masuknya istilah puisi dari bahasa asing kedalam sastra indonesia.
Dalam karya sastra puisi dikenal juga dengan adanya gaya bahasa. Gaya bahasa atau style adalah cara mengungkapkan pikiran atau perasaan melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis. Gaya bahasa yang digunakan dalm sebuah puisi untuk menimbulkan reaksi tertentu, dan menimbulkan tanggapan pikiran pada pembaca. Setiap pengarang biasanya mempunyai gaya bahasa sendiri. Hal ini sesuai dengan sifat dan kegemaran masing-masing pengarang. 

BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Gaya Bahasa Dalam Kumpulan Puisi “Bimbang” Karya Edyanda Setiyani 
Gaya Bahasa, yaitu penggunaan bahasa yang dapat menghidupkan/ meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu. Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Gaya bahasa disebut juga majas.

BIMBANG


Gundah dan bimbang yang kurasakan
Perasaan apakah ini ??
Tak menentu kadang
Dan kadang juga pergi
Tanpa pamitan
Sudah ku lupakan semua tapi kasih juga tersisa iba
Entah dari mana datangnya
Dia selalu memikat jiwa
Dan selalu menemani kita
Seakan sulit menghilang
Bagaikan sebuah hiasan berperekat
Serta selalu memikat
Setiap hati yang tersesat
Tapi......
Mengapa hanya sesaat
Bukankah dia tak diinginkan
Dan bukanlah dia bukan idaman
Hanya kejelekan yang dimunculkan
Dan kebencian yang dinampakkan
Serta hanya lidah yang berperang
Aku bosan dan tak percaya
Haruskah aku perjuangkan
Semua dugaan
Ataukah kubiarkan tanpa beban
Ataukah hanya kujadikan tambatan
Hanya rasa penyesalan
Yang ku berikan

       2.1  Analisis Gaya Bahasa Dalam Kumpulan Puisi “Bimbang” Karya Edyanda Setiyani 
1)      Gaya Bahasa Aliterasi
Gaya bahasa Aliterasi  adalah gaya bahasa yang berwujud perulangan konsonan yang sama, fungsinya adalah untuk keindahan penekanan arti atau makna dan menciptakan suasana tertentu dalam puisi. Sehingga aliterasi ini banyak digunakan dalam puisi.
Dalam puisi “ Bimbang” terdapat pemakaian gaya bahasa Aliterasi. Gaya bahasa yang digunakan dalam puisi “Bimbang” terlihat pada bait  puisi berikut ini.

Gundah dan bimbang yang kurasakan
Perasaan apakah ini ??
Tak menentu kadang
Dan kadang juga pergi
Tanpa pamitan
...................................
Kata-kata yang bercetak miring /kurasakan/,/ kadang/,  /pamitan/ kata yang bercetak miring tersebut mengandung perulangan konsonan yang sama.

2)      Gaya Bahasa Klimaks
Gaya bahasa klimaks adalah gaya bahasa yang menyatakan beberapa hal secara  berturut-turut yang setiap kali semangkin meningkat kepentingannya. Jadi penyebutan barang atau sifat yang semangkin lama makin meningkat. penyebutannya di mulai dari yang sederhana sampai yang istimewa dan dari jumlah yang sedikit sampai yang terbanyak.
Dalam puisi “ Bimbang” terdapat juga gaya bahasa klimaks. Adapun gaya bahasa yang terdapat dalam puisi “ Bimbang” terlihat pada penggalan bait puisi “ Bimbang “Berikut ini”.
............................................................................
Sudah ku lupakan semua tapi kasih juga tersisa iba
Entah dari mana datangnya
Dia selalu memikat jiwa
Dan selalu menemani kita
Seakan sulit menghilang
.......................................

Dalam penggalan bait puisi yang dicetak miring /entah dari mana datangnya/, /memikat jiwa/, /menemani kita/, dan /sulit menghilang/ menggunakan gaya bahasa klimaks yakni gaya bahasa yang mengungkapkan hal-hal yang setiap kali kepentingannya semangkin meningkat.  Kita dapat melihat penggunaan kata Entah dari mana datangnya meningkat memikat jiwa, kemudian meningkat lagi menjadi  menemani kita, dan sampai akhirnya meningkat menjadi sulit menghilang

3)      Gaya Bahasa Asosiasi
Gaya Bahasa Asosiasi adalah gaya bahasa yang membandingkan suatu benda dengan keadaan lain yang sesuai dengan keadaan yang dilukiskannya sehingga menimbulkan asosiasi atau tanggapan dengan benda yang diperbandingkan itu, biasanya dinyatakan dengan kata bagaikan, seperti, laksana, bak, dan sebagainya.
Dalam puisi “Bimbang” terdapat gaya bahasa asosiasi. Gaya bahasa asosiasi yang digunakan oleh pengarang dalam puisinya “ Bimbang”  terlihat pada penggalan bait puisi berikut ini.
......................................................
Bagaikan sebuah hiasan berperekat
Serta selalu memikat
Setiap hati yang tersesat
Tapi......
Mengapa hanya sesaat
.....................................

Dalam penggalan bait puisi di atas bagian yang dicetak miring  terlihat jelas pada    /Bagaikan sebuah hiasan berperekat/. Jadi, dalam penggalan puisi di atas kata bagaikan digunakan oleh pengarang untuk membandingkan kekasihnya yang sulit menghilang dengan sebuah hiasan yang sudah berperekat.

4)      Gaya Bahasa Asonansi
Gaya Bahasa Asonansi adalah gaya bahasa yang berupa perulangan bunyi vokal yang sama, fungsi gaya bahasa asonansi untuk memperoleh efek penekanan makna. Mencptakan suasana tertentu ataupun hanya sekedar keindahan.

Dalam puisi “Bimbang” terdapat gaya bahasa asonansi. Adapun gaya bahasa yang digunakan pengarangnya dalam puisi bimbang  terdapat juga gaya bahasa asonansi. Untuk memperjelas gaya bahasa asonansi yang digunakan pengarang dalam puisi “ Bimbang”  akan di jelaskan pada penggalan bait puisi berikut ini.

.....................................................
Bukankah dia tak diinginkan
Dan bukanlah dia bukan idaman
Hanya kejelekan yang dimunculkan
Dan kebencian yang dinampakkan
........................................................

                 Penggalan bait puisi di atas bagian yangg dicetak miring memiliki gaya bahasa asonansi, seperti pada / Bukankah dia tak diinginkan, /bukanlah dia bukan idaman/,  /Hanya kejelekan yang dimunculkan/, dan /kebencian yang dinampakkan/. Jadi, gaya bahasa asonansi didalam penggalan bait puisi tersebut di gunakan oleh pengarang untuk memberikan efek penekanan makna, dan menciptakan suasana tertentu.

5)      Gaya bahasa personifikasi
Gaya Bahasa Personifikasi adalah gaya bahasa yang menganggap benda-benda tak bernyawa mempunyai kegiatan seperti yang dimiliki manusia atau mempersamakan benda-benda mati dengan manusia yang hidup dengan segala aktivitasnya, misalnya berjalan, melihat, makan, minum, berperang dll.
Dalam puisi “Bimbang” terdapat gaya bahasa personifikasi. Adapun gaya bahasa yang digunakan pengarangnya dalam puisi “Bimbang”  terdapat gaya bahasa personifikasi. Gaya bahasa personifikasi adalah gaya bahasa yang mempersamakan suatu benda-benda dengan manusia yang hidup. Berikut akan di jelaskan gaya bahasa personifikasi  dalam puisi “ Bimbang” pada penggalan bait puisi berikut ini.
.....................................................
Hanya kejelekan yang dimunculkan
Dan kebencian yang dinampakkan
Serta hanya lidah yang berperang
Aku bosan dan tak percaya
............................................

Penggalan bait puisi  “Bimbang” di atas terlihat adanya gaya bahasa personifikasi yakni gaya bahasa yang mempersamakan seolah-olah benda itu melakukan hal yang dilakukan oleh manusia. Seperti pada /Serta hanya lidah yang berperang/, dalam penggalan baris puisi tersebut pengarang menyatakan bahwa hanya lidah yang berperang.

6)      Gaya Bahasa Repetisi
Repetisi adalah gaya bahasa yang mengulang sepatah kata atau kelompok kata beberapa kali dalam kalimat yang berbeda atau perulangan bunyi, kata atau bagian kalimat yang di anggap penting untuk memberikan tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. Repetisi juga dapat diartikan pengucapan dengan mengulangi kata yang baru saja dipergunakan atau dengan mengulangi kata-kata tertentu.
Puisi “ Bimbang” dalam kumpulan puisi Edyanda Setiyani terdapat gaya bahasa repetisi. Yakni gaya bahasa perulangan kata-kata tertentu. Lebih jelasnya dapat dilihat dalam penggalan bait puisi “ Bimbang” berikut ini.
......................................................
Haruskah aku perjuangkan
Semua dugaan
Ataukah kubiarkan tanpa beban
Ataukah hanya kujadikan tambatan
Hanya rasa penyesalan
Yang ku berikan
....................................
           
Penggalan bait puisi di atas terdapat gaya bahasa repetisi. gaya bahasa repetisi juga di gunakan oleh pengarang. Untuk memperjelas gaya bahasa repetisi dalam puisi “ Bimbang” dapat dilihat  pada  /haruskah/, /ataukah kubiarkan/, /ataukah hanya kujadikan/, dan /ku/. Pada penggalan puisi tersebut telihat jelas bahwasannya ada perulangan kata-kata dalam puisi “ Bimbang”.