KALIMAT
Kalimat
dalam bahasa
Arab, adalah satuan lingusitik yang terkecil yang
bisa berdiri sendiri. Dalam bahasa Latin
disebut sintaks
atau sintaksis. Sedangkan, dalam kamus linguistik kalimat merupakan satuan dari bahasa atau arus
ujaran yang berisikan kata
atau kumpulan kata yang memiliki pesan atau tujuan dan diakhiri dengan intonasi
final.
Contoh
:
·
Ayah pergi ke kantor jam 7 pagi.
·
Adik sedang bermain bola di lapangan.
KLAUSA
Menurut Ramlan (2001: 79) klausa
merupakan satuan gramatik yang terdiri atas S–P baik disertai O, PEL, dan KET
maupun tidak. Dengan ringkas, klausa ialah S P (O) (PEL) (KET). Tanda kurung
menandakan bahwa yang terletak dalam kurung itu bersifat manasuka, artinya
boleh ada, boleh juga tidak ada.
Unsur inti klausa ialah S dan P,
walaupun demikian terkadang unsur S sering dihilangkan misalnya dalam kalimat
luas akibat penggabungan klausa dan dalam kalimat jawaban
Contoh:
1. Tengah
Karmila menangis menghadapi tembok, Bapak Daud masuk diantar suster meta
2. Sedang
bermain-main. (sebagai jawaban pertanyaan Anak-anak itu sedang mengapa?).
Klausa dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu klausa bebas dan klausa
terikat.
a.
Klausa bebas
Klausa
bebas ialah klausa yang bisa berdiri dengan sendiri. Dikatakan klausa
bebas jika unsur-unsur fungsinya lengkap dan jika
diberi intonasi final dapat menjadi kalimat.
Contoh :
·
saya akan pergi kalau di undang
b.
Klausa terikat
Klausa terikat merupakan klausa yang unsur-unsur fungsinya tidak lengkap
sehingga tidak klausa yang tidak
dapat berdiri sendiri.
Contoh :
1. Dia lulus dalam ujian
karena belajar bersungguh-sungguh.
Klausa bebas klausa terikat
2. saya
akan pergi kalau di
undang
Klausa bebas Klausa Terikat
FRASA
Frasa
adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif, misalnya: bayi
sehat, pisang goreng, sangat enak, sudah lama sekali dan dewan perwakilan
rakyat.
1. Frasa
Verbal
Frasa verbal adalah
kelompok kata yang dibentuk dengan kata kerja, terdiri atas tiga jenis, yaitu:
a.
Frasa verbal modifikatif (pewatas);
terdiri atas Pewatas belakang, misalnya: Ia bekerja keras sepanjang hari.
Pewatas
depan, misalnya: Mereka dapat mengajukan kredit di BRI.Ø
b.
Frasa verbal koordinatif adalah dua
verba yang disatukan dengan kata penghubung dan atau atau.
Contoh:
·
Mereka menangis dan meratapi nasibnya.
·
Kita pergi atau menunggu ayah.Ø
c.
Farba verbal apositif yaitu sebagai
keterangan yang ditambahkan atau diselipkan, misalnya:
·
Pulogadung, tempat tinggalnya dulu, kini
menjadi terminal modern
·
Usaha Pak Ali, berdagang kain, kini
menjadi grosir.
·
Mata pencaharian orang itu, bertani dan
berternak, sekarang telah maju.
2. Frasa
Adjektival
Frasa adjektival adalah
kelompok kata yang dibentuk dengan kata sifat atau keadaan sebagai inti
(diterangkan) dengan menambahkan kata lain yang berfungsi menerangkan, seperti:
agak,dapat, harus, kurang, lebih, paling, dan sangat. Frasa adjektival
mempunyai tiga jenis:
a.
Frasa adjektival modifikatif
(membatasi), misalnya: cantik sekali, indah nian, hebat benar;
b.
Frasa adjektival koordinatif
(mengabungkan), misalnya: tegap kekar, aman tentram, makmur dan sejahtera, aman
sentausa;
c.
Frasa adjektival apositif, misalnya:
·
Bima tokoh ksatria, gagah perkasa, dan
suka menolong kaum yang lemah.
Frasa
apositif bersifat memberiakan keterangan tambahan Bima tokoh ksatria yang
tampan merupakan unsur utama kalimat gagah perkasa merupakan keterangan
tambahan. Frasa apositif terdapat dalam kalimat berikut ini.
·
Srikandi cantik, ayu rupawan, diperistri
oleh Arjuna.
·
Skripsi yang berkualitas, terpuji dan
terbaik, diterbitkan oleh universitas.
3. Frasa
Nominal
Frasa nominal adalah
kelompok kata benda yang dibentuk dengan memperluas sebuah kata
benda ke kiri dan ke kanan; ke kiri menggolongkan, misalnya: dua buah buku,
seorang teman, beberapa butir telur, ke kanan sesudah kata (inti) berfungsi
mewatasi (membatasi), misalnya: buku dua buah, teman seorang, telur beberapa
butir.
a. Frasa
nominal modifikatif (mewarisi), misalnya: rumah mungil, hari Minggu, buku dua
buah, pemuda kampus, dan bulan pertama.
b. Frasa
nominal koordinatif (tidak saling menerangkan), misalnya: hak dan
kewajiban,dunia akhirat, lahir batin, serta adil dan makmur.
c. Frasa
nominal apositif
·
Anton, mahasiswa teladan itu, kini
menjadi dosen di universitasnya.
·
Burung cendrawasih, burung langka dari
Irian itu, sudah hampir punah.
·
Ibu Megawati, presiden republik
indonesia, berkenan memberikan
sambutan dalam acara itu.
4. Frasa
Adverbial
Frasa adverbial adalah
kelompok kata yang dibentuk dengan keterangan kata sifat. Frasa ini bersifat
modifikatif (mewatasi), misalnya: sangat baik, kata baik merupakan inti dan sangat
merupakan pewatas. Frasa adverbial yang termasuk jenis ini:kurang pandai,
hampir baik, begitu kuat, pandai sekali, lebih kuat, dengan bangga, dan dengan
gelisah. Frasa adverbial yang bersifat koordinatif (tidak saling menerangkan),
misalnya: lebih kurang, kata lebih tidak menerangkan kurang dan kurang tidak
menerangkan lebih.
5. Frasa
Pronomial
Frasa Proniomial adalah
frasa yang dibentuk dengan kata ganti. Frasa ini terdiri atas tiga jenis:
a. Modifikatif,
misalnya: kami semua, kalian semua, anda semua, mereka semua, mereka itu,
mereka berdua, dan mereka itu.
b. Koordinatif,
misalnya: engkau dan aku, kami dan mereka, serta saya dan dia,
c. Apositif:
·
Kami, bangsa Indonesia, menyatakan
perang melawan korupsi.
·
Mahsiswa, para pemuda, siap menjadi
pasukan anti korupsi.
6. Frasa
Numerialia
Frasa numeralia adalah
kelompok kata yang dibentuk dengan kata bilangan. Frasa jenis ini terdiri atas
dua jenis, yaitu
a. Modifikasi
·
Mereka memotong dua puluh ekor sapi
kurban.
·
Orang itu menyumbang pembangunan jalan
kampung dua juta rupiah.
b. Koordinaasi
·
Lima atau enam orang bertopeng melintasi
kegelapan pada gang itu.
·
Entah tiga, entah empat kali saya makan
obat hari itu
KATA
Kata adalah suatu unit dari suatu bahasa yang
mengandung arti dan terdiri dari satu atau lebih morfem. Kata adalah merupakan
bahasa terkecil yang dapat berdiri sendiri. Umumnya kata terdiri dari satu akar
kata tanpa atau dengan beberapa afiks. Gabungan kata-kata dapat membentuk
frasa, klausa, atau kalimat.
Berdasarkan bentuknya, kata bisa digolongkan menjadi
empat: kata dasar, kata turunan, kata ulang, dan kata majemuk. Kata dasar
adalah kata yang merupakan dasar pembentukan kata turunan atau kata berimbuhan.
Perubahan pada kata turunan disebabkan karena adanya afiks atau imbuhan baik di
awal (prefiks atau awalan), tengah (infiks atau sisipan), maupun akhir (sufiks
atau akhiran) kata. Kata ulang adalah kata dasar atau bentuk dasar yang
mengalami perulangan baik seluruh maupun sebagian sedangkan kata majemuk adalah
gabungan beberapa kata dasar yang berbeda membentuk suatu arti baru. Dalam tata
bahasa baku bahasa Indonesia, kelas kata terbagi menjadi tujuh kategori, yaitu:
a.
Nomina (kata benda); nama dari seseorang, tempat, atau
semua benda dan segala yang dibendakan, misalnya buku, kuda.
b.
Verba (kata kerja); kata yang menyatakan suatu tindakan
atau pengertian dinamis.
c.
Adjektiva (kata sifat); kata yang menjelaskan kata benda,
misalnya keras, cepat.
d.
Adverbia (kata keterangan); kata yang memberikan
keterangan pada kata yang bukan kata benda, misalnya sekarang, agak.
e.
Pronomina (kata ganti); kata pengganti kata benda.
f.
Numeralia (kata bilangan); kata yang menyatakan jumlah
benda atau hal atau menunjukkan urutannya dalam suatu deretan, misalnya satu,
kedua.
g.
Kata tugas adalah jenis kata di luar kata-kata di atas
yang berdasarkan peranannya.
MORFEM
Morfem ialah unit
terkecil yang menjadi unsur perkataan. Sekiranya kata tidak boleh dipecahkan
kepada unit bermakna atau tahu yang lebih kecil, maka kata-kata ini terdiri
daripada satu unit atau satu morfem.
Misalnya “ minum ”. “ Minum ” tidak akan
berfungsi dan memberi makna jika dipecahkan kepada mi dan num. Sebaliknya, kata
“ diminum ” boleh dipecahkan kepada dua morfem, yaitu “ di “ dan “ minum ”.
Kesimpulannya, perkataan boleh terdiri daripada beberapa morfem.
Morfem boleh dibagi
dua, yaitu morfem bebas dan morfem terikat.
Morfem Bebas
|
Morfem terikat / imbuhan
|
Dapat berdiri sendiri, misalnya:
minum, cuti, sekolah, periksa |
Bentuk imbuhan, misalnya:
mem, per, kan, ber |
Mempunyai maksud sendiri.
|
Tidak mempunyai makna tetapi
mempunyai fungsi tatabahasa atau tahu. Boleh mengubah makna sesuatu kata dan
seterusnya makna ayat.
|
Morfem terikat /
imbuhan morfem terikat / imbuhan boleh dibagi seperti berikut: Awalan. Ditambah
pada bagian depan kata dasar. Misalnya membaca, menghafal. Akhiran. Ditambah pada bagian belakang kata
dasar. Sisipan. Diselit di antara unsur
unsur kata dasar. Misalnya telapak (tapak) Apitan. Ditambahkan serentak pada awalan dan
akhiran kata dasar. Misalnya, imbuhan per....an dalam permainan.
Morfem adalah unit
tatabahasa terkecil yang bermakna leksikal atau fungsian. Morfem sebagai
kesatuan bentuk terkecil yang mempunyai arti leksikal/ gramatikal, bertugas
membentuk kata dan bagian kata. Menurut bentuknya, morfem dibagi dua yaitu: morfem
bebas, dapat menjalankan fungsinya secara mandiri
Contoh : buku, uang, orang.
morfem terikat mencakup : afiks / imbuhan dan konfiks / simulfiks,
Contoh :per + lawan +
an = perlawanan
me + rawat = merawat
kelas partikel yaitu
kata tugas yang terdiri atas preposisi / kata depan dan konjungsi / kata
penghubung. Contoh : di, ke, dari, dan. kelas
partikel khusus Contoh : pun, kah, lah serta si, sang.