BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa
Prancis bagi pembelajar bahasa Indonesia merupakan bahasa asing yang sering
disebut sebagai B2. Bahasa prancis dipelajari setelah pembelajar menguasai
bahasa Indonesia. Penggunaan dua bahasa tersebutlah yang menyebabkan terjadinya pencampuran
struktur dan kosa kata kedua bahasa itu, apalagi jika bahasa tersebut berasal
dari rumpun yang berbeda. Sehingga terjadi kesalahan-kesalahan yang salah
satunya disebabkan oleh pengaruh dari B1.
Bahasa
Indonesia memiliki bentuk dan sifat yang berbeda dengan bahasa Prancis. Bahasa
Indonesia termasuk kategori bahasa aglutinatif yang tidak mengenal adanya
perubahan bentuk verba, sedangkan bahasa Prancis termasuk kategori bahasa
fleksi yang mengalami konjugasi verba serta deklinasi nomina dan adjektiva
(Cristal, 1992:297).
Sistem
gramatika bahasa Prancis sangat berbeda dengan sistem gramatika bahasa
Indonesia. Dalam bahasa Prancis, konkordansi antara verba dengan nomina selain
berkaitan dengan gender dan jumlah nominanya, juga berkaitan dengan kala yang
digunakan dalam kalimat. Sedangkan, dalam bahasa Indonesia kala hanya
dijelaskan dengan menggunakan keterangan waktu. Karena, perbedaan itulah yang akan
menimbulkan kerumitan yang menyebabkan
kesulitan bagi pembelajar B2.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah
hakikat kesalahan Berbahasa?
2. Bagaimanakah
jenis-jenis kesalahan sintaksis bahasa Prancis yang dilakukan oleh pembelajar
B2?
3. Apakah
faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya kesalahan sintaksis bahasa Prancis
yang dilakukan pembelajar bahasa Indonesia?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui
hakikat kesalahan berbahasa
2. Mengetahui
jenis-jenis kesalahan sintaksis bahasa Prancis yang dilakukan oleh pembelajar
B2.
3. Mengetahui
faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya kesalahan sintaksis bahasa Prancis
yang dilakukan pembelajar bahasa Indonesia.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Kesalahan Berbahasa
Nurgiantoro (1984:13) membedakan kesalahan (error) dengan kekeliruan (mistake). Kesalahan adalah penyimpangan
yang disebabkan kompetensi belajar sehingga bersifat sistematis dan konsisten.
Sedangkan, kekeliruan merupakan penyimpangan pemakaian bahasa yang bersifat
insidental dan tidak sistematis. Kesalahan ini disebabkan oleh penerapan kaidah
yang menyimpang dari kaidah bahasa yang dipelajari akibat kompetensi
pembelajar. Sehingga kesalahan ini tidak dapat diperbaiki sendiri oleh
pembelajar.
Selanjutnya, Norish
(1983:6-8) membedakan tiga tipe penyimpangan bahasa yang meliputi (1) error, (2) mistake, (3) lapse. Error merupakan penyimpangan bahasa
secara sitematis dan terus-menerus sebagai akibat belum dikuasainya
kaidah-kaidah atau norma-norma bahasa tersebut. Mistake merupakan kesalahan berbahasa yang terjadi ketika seorang
pembelajar tidak secara konsisten melakukan penyimpangan dalam berbahasa. Lapse dimaksudkan sebagai bentuk
penyimpangan yang diakibatkan pembelajar kurang konsentrasi, rendahnya daya
ingat atau sebab-sebab lain yang dapat terjadi kapan saja. Selain membedakan bentuk
kesalahan berbahasa Norish juga mengatakan
bahwa kesalahan berbahasa pembelajar dapat dijadikan alat bantu yang
positif.
Sebagai bagian dari analisis konstrastif, analisis
kesalahan digunakan untuk membantu pengajar meramalkan masalah yang akan
dihadapi pembelajar bahasa yang disebabkan oleh perbedaan linguistik antara B1
dan B2. Setiap melakukan analisis kesalahan tahap pertama yang dilakukan adalah
mengumpulkan sampel bahasa, tahap kedua
mengidentifikasi kesalahan yang ditemukan dalam sampel bahasa, tahap
ketiga melakukan deskripsi kesalahan, dan tahap keempat adalah
mengklasifikasikan kesalahan berdasarkan penyebabnya (Corder, 1971: 227, Brown,
2000:221).
Lagane (1973:11) mengatakan bahwa untuk mempelajari
tata bahasa harus dipelajari pula ujaran-ujaran yang terbentuk dalam kalimat.
Sedangkan kalimat itu sendiri merupakan rangkaian kata penyusunannya diatur
menurut kaidah-kaidah tertentu, yang disebut sebagai konstituen kalimat, dan
setiap kata merupakan bagian dari kelas kata. Pendapat tersebut sejalan dengan
Moeliono (1988:29-30) mengemukakan bahwa kalimat umumnya berwujud rentetan kata
yang disusun sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku. Kemudian menurut Dubois
(1997:62) kajian sintaksis bahasa prancis meliputi kajian tentang berbagai tipe
kalimat tunggal (la phrase simple)
dan berbagai tipe kalimat majemuk (la
phrase complex).
2.2 Jenis-Jenis Kesalahan Sintaksis
Bahasa Prancis
Jenis- jenis kesalahan sintaksis dalam bahasa prancis
meliputi kesalahan pada (1) pembentukan frasa nomina, (2) pembentukan frasa
verba, (3) pembentukan frasa depan, (4) penggunaan dan pola struktur kata
ganti, (5) penggunaan kata ganti penghubung dalam kalimat kompleks.
2.2.1
Kesalahan Pembentukan Frasa Nomina
Kesalahan pembentukan frasa nomina terjadi karena
pembelajar tidak melakukan penyesuaian antara unsur pusat dan unsur tambahan
pada frasa tersebut, misalnya untuk menyatakan bentuk jamak pembelajar tidak
menyertakan penanda jamak yang ada bersama bendanya.
Contoh:
(1) ...
I’appartement a quelque charme.
... apartemen itu memiliki beberapa pohon
Frasa benda atau nomina pada contoh tersebut
seharusnya mendapat tambahan /-s/ pada nominanya karena unsur tambahan pada
nomina yang merupakan unsur pusatnya menunjukkan bentuk jamak. Jadi, dari
uraian di atas bentuk yang benar sebagai berikut.
(2) ...
I’appartement a quelques charmes.
...
apartemen itu memiliki beberapa pohon.
2.2.2
Kesalahan Pembentukan Frasa Verba
Kesalahan frasa verba terjadi karena pembelajar
tidak mengikuti kaidah-kaidah atau norma yang sesuai dalam menggunakan kala
lampau yaitu kala passe compose dan imparfait. Kesalahan penggunaan kala
lampau pase compose terjadi pada
konsep konkordansi gender dan numeral, pemilihan kata kerja bantu yang sesuai,
dan konsep konjugasi berdasarkan kelompok verbanya. Kesalahan penggunaan kala
lampau imparfait terjadi karena
pembelajar tidak memperhatikan konsep konjugasi verba yang sesuai dengan
kelompoknya dan maksud penutur serta makna yang terkandung dalam kala imparfait.
Kala passe
compose digunakan untuk menyatakan aktivitas yang telah dilakukan dan sudah
selesai. Sedangkan Kala imparfait
digunakan untuk menerangkan kebiasaan seseorang pada masa lampau,
mendeskripsikan suatu keadaan, dan untuk menerangkan dua kejadian atau
peristiwa pada masa lampau.
Contoh:
(3) Ses
enfants salissent la
maisonquand elle rentre a la maison.
Anak-anaknya
(telah mengotori) rumah ketika ia kembali.
Verba
salisent “mengotori” pada contoh
tersebut menunjukkan kejadian yang terjadi lebih dahulu dan masih berlangsung
pada saat kegiatan rentre “pulang”
terjadi. Oleh karena itu, verba pertama menggunakan kala imparfait yaitu salisaient
dan verba pada kegiatan selanjutnya menggunakan kala passe compose yaitu est
rentre. jadi berdasarkan analisis di atas maka bentuk yang benar sebagai
berikut.
(4) Ses
enfants salissaient la
maisonquand elle est rentre a la maison.
Anak-anaknya
(telah mengotori) rumah ketika ia kembali.
2.2.3
Kesalahan Pembentukan Frasa Depan
Kesalahan pembentukan frasa depan sering terjadi
karena pembelajar bahasa menggunakan preposisi yang berlebihan atau karena
pembelajar tidak menggunakan preposisi yang seharusnya menyertai keterangan
tempat yang diikuti preposisi tersebut.
Contoh:
(5) Ils
sont arrive a chez eux.
Mereka
tiba di rumah mereka.
Kesalahan
yang terjadi pada contoh tersebut karena mahasiswa menggunakan preposisi yang berlebih. Bentuk chez “di rumah” itu sendiri adalah preposisi a
“di”. Jadi, bentuk yang benar dari
contoh tersebut adalah sebagai berikut.
(6) Ils
sont arrive chez eux.
Mereka
tiba di rumah mereka.
2.2.4
Kesalahan Penggunaan dan Pola Struktur
Kata Ganti
Kesalahan penggunaan dan pola struktur kata ganti
terjadi pada pola struktur kata ganti yang berfungsi sebagai objek langsung,
objek tidak langsung dan kata ganti milik dalam sebuah kalimat. Kesalahan pada
struktur ganti tersebut terjadi karena pembelajar belum memahami pola struktur
kata ganti dalam bahasa prancis.
Contoh:
(7) On
veut obtenir de l’affair, et pour lui obtenir on doit faire quelque
chose.
Orang
ingin memperoleh pekerjaan dan untuk mendapatkannya orang harus melakukan
sesuatu.
Kasalahan
yang terjadi pada contoh tersebut kata yang digantikan adalah affair
“pekerjaan” yang merupakan objek langsung dari verba obtenir “memperoleh”. Oleh, karena itu
kata ganti yang benar adalah le. Jadi, bentuk yang benar adalah:
(8) On
veut obtenir de l’affair, et pour
l’obtenir on doit faire quelque chose.
Orang
ingin memperoleh pekerjaan dan untuk mendapatkannya orang harus melakukan sesuatu.
2.2.5
Kesalahan Penggunaan Kata Ganti
Penghubung dalam Kalimat Kompleks.
Kesalahan penggunaan kata ganti penghubung yang
berfungsi sebagai subjek atau objek dalam kalimat terjadi pada pemilihan dan
penggunaan jenis kata ganti penghubung yang tidak sesuai dengan fungsinya dalam
kalimat. Hal ini terjadi karena pembelajar tidak mengenal bentuk-bentuk seperti
itu dalam kaidah bahasa Indonesia sehingga mereka sering merancukan penggunaan
kata ganti penghubung yang ada dalam bahasa Prancis.
Selain itu, pembelajar juga menghilangkan kata ganti
penghubung yang harusnya ada pada suatu kalimat kompleks atau bahkan
menggunakan pada kalimat yang tidak memerlukan. Seperti pada kesalahan
penggunaan kata ganti qui dan dont yang dalam bahasa indonesia memilki padanan
kata “yang”.
Dalam bahasa Prancis penggunaan kata ganti
penghubung disesuaikan dengan fungsi persona atau benda yang akan digantikan
oleh kata ganti penghubung dalam kalimat. Jika yang digantikan berfungsi sebagai
subjek maka kata ganti yang digunakan adalah qui dan jika yang digantikan berfungsi sebagai objek maka kata
ganti yang digunakan adalah que.
Contoh:
(9) La
femme qui son mari est banquir a une
amie etudier a Londre.
Wanita
yang suaminya seorang bankir mempunyai seorang teman yang belajar di London.
Contoh
di atas merupakan kalimat kompleks yang berasal dari kalimat tunggal yang
digabungkan dengan menggunakan kata ganti penghubung. Kalimat kompleks tersebut
berasal dari dua kalimat tunggal yaitu (a)
Le marri de la femme est banquier “suami
dari wanita itu seorang bankir” dan (b) Son
marri (= le marri de la femme) a une amie etudier a londre “suaminya
mempunyai seorang teman yang belajar di london”. Jika kedua kalimat tunggal di
atas digabungkan, kata le marri pada
kalimat pertama diganti dengan kata ganti penghubung untuk menghindari
pengulangan. Kata ganti penghubung yang di gunakan adalah dont (setiap kata yang akan diganti diikuti oleh de, maka kata ganti penghubung yang
digunakan adalah dont).
2.3 Faktor Penyebab Timbulnya Kesalahan
Sintaksis Bahasa Prancis
2.3.1
Faktor Linguistik
Faktor linguistik yang melatarbelakangi terjadinya
kesalahan yakni: (1) kaidah yang berbeda
antara bahasa Indonesia (B1) dengan bahasa Prancis (B2), (2) tidak dikenalnya
bentuk-bentuk tertentu dalam B2 mengakibatkan pembelajar menggunakan
bentuk-bentuk yang ada dalam B1, (3) adanya padanan kata bahasa Prancis dalam
bahasa Indonesia sehingga pembelajar tidak memperhatikan hal lain yang perlu disesuaikan dengan bahasa
Prancis, (4) kurangnya pengetahuan pembelajar mengenai penggunaan kala lampau (passe compose dan imperfait). Pola struktur bahasa Prancis yang tidak dimilki bahasa
Indonesia menyebabkan pembelajar mentransfer pola bahasa Indonesia ke dalam
bahasa Prancis.
2.3.2
Faktor Sosiolinguistik
Faktor sosiolinguistik yang menyebabkan terjadinya
kesalahan berbahasa pada tataran sintaksis adalah (1) kurangnya perhatian
pembelajar terhadap bahasa Prancis yang sedang dipelajarinya, (2) penggunaan
bahasa Prancis dalam kegiatan komunikasi hanya terjadi pada lingkungan tertentu
dan lebih banyak dalam situasi yang formal dengan jumlah jam yang sangat
sedikit dibandingkan dengan pemakaian bahasa Indonesia dalam kegiatan
berkomunikasi sehari-hari.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Kesalahan penggunaan kala lampau pase compose terjadi pada konsep
konkordansi gender dan numeral, pemilihan kata kerja bantu yang sesuai, dan
konsep konjugasi berdasarkan kelompok verbanya. Kesalahan penggunaan kala
lampau imparfait terjadi karena
pembelajar tidak memperhatikan konsep konjugasi verba yang sesuai dengan kelompoknya
dan maksud penutur serta makna yang terkandung dalam kala imparfait.
Kesalahan pada frasa benda terjadi pada konkordansi
antara nominanya sebagai unsur pusat dan atribut yang menyertainya, misal untuk
bentuk jamak pembelajar tidak menyertakan penanda jamak yang ada bersama
bendanya.
Kesalahan pada frasa depan terjadi karena karena
pembelajar tidak menggunakan preposisi yang seharusnya menyertai keterangan
tempat yang diikuti preposisi tersebut.
Kesalahan penggunaan kata milik dalam kalimat bahasa
Prancis terjadi karena penggunaan kata ganti yang tidak sesuai dengan benda
yang digantikannya, misalnya pembelajar yang memakai kata ganti dalam bentuk
nominatif atau kata ganti yang mempunyai fungsi subjek dalam kalimat. Selain
itu, pembelajar tidak memperhatikan jenis dan jumlah benda yang menyertainya,
serta susunan atau letak kata ganti tersebut dalam sebuah kalimat.
Kesalahan penggunaan kata ganti penghubung yang
berfungsi sebagai subjek atau objek dalam kalimat terjadi pada pemilihan dan
penggunaan jenis kata ganti penghubung yang tidak sesuai dengan fungsinya dalam
kalimat. Hal ini terjadi karena pembelajar tidak mengenal bentuk-bentuk seperti
itu dalam kaidah bahasa Indonesia sehingga mereka sering merancukan penggunaan
kata ganti penghubung yang ada dalam bahasa Prancis. Selain itu, pembelajar
juga menghilangkan kata ganti penghubung yang harusnya ada pada suatu kalimat
kompleks atau bahkan menggunakan pada kalimat yang tidak memerlukan.
3.2 Saran
Besar harapan dari
penulis agar apa yang telah kami paparkan dalam makalah ini bisa bermanfaat dan
menambah wawasan bagi pembaca. Serta apa yang kami sajikan dapat dipergunakan
untuk kepentingan yang positif sehingga berdampak baik bagi penulis maupun
pembaca.
DAFTAR
PUSTAKA
Lumban Tobing,
Roswita. 3 Oktober, 2003. “Analisis Kesalahan Sintaksis Bahasa Prancis Oleh
Pembelajar Berbahasa Indonesia: Sebuah Studi Kasus”. Jurnal Humaniora, (Online),
Vol 15, No 15, 3 oktober, 2003. (http://jurnal.ugm.ac.id/jurnal-humaniora, diakses 28
april 2014).