Senin, 12 Mei 2014

TUGAS 6 SEMANTIK



Analisis Terjemahan Surat Alfatihah Ayat Ke-6 Berdasarkan Alqur’an dan Hadist


1.      Berdasarkan alqur’an

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (6)
(6). Tunjukilah kami jalan yang lurus.
Jalan yang lurus yaitu jalan hidup yang benar yang dapat membuat bahagia di dunia dan di akhirat

2.      Berdasarkan Hadist
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (6)
(6). Tunjukilah kami jalan yang lurus.
Tunjukilah kami jalan yang lurus, shiratal mustaqim atau jalan yang lurus. Menurut sebagian sahabat dan ulama bermakna kitabullah atau al-Qur'an. Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a.
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "الصِرَاطُ الْمُسْتَقِيْمُ كِتَابُ اللهِ"
Shiratal mustaqim adalah Kitabullah
Dalam riwayat yang lain sayyidina Ali mengatakan bahwa al-Qur'an merupakan tali Allah yang kuat; dia adalah bacaan yang penuh hikmah, juga jalan yang lurus. Menurut pendapat lain, shiratal mustaqim adalah agama Islam, berdasarkan hadits yang diriwayatkan sahabat Ibnu Abbas, bahwa malakat Jibril pernah berkata kepada nabi Muhammad saw, "Hai Muhammad, katakanlah: Tunjukilah kami jalan yang lurus." Makna yang dimaksud ialah "berilah kami ilham jalan petunjuk, yaitu agama Allah yang tiada kebengkokan di dalamnya". 

Syaikh Ibnul Hanafiyyah  juga mengatakan yang dimaksud Ihdinas shiratal mustaqim adalah "agama Islam yang merupakan satu-satunya agama yang diridhai oleh Allah swt buat hamba-Nya". Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal dalam Musnad-nya menyatakan Rasulullah saw bersabda:
"ضَرَبَ اللهُ مَثَلًا صِرَاطًا مُسْتَقِيْمًا، وَعَلَى جَنْبَتَيِ الصِّرَاطِ سُوْرَانِ فِيْهِمَا أَبْوَابٌ مُفَتَّحَةٌ، وَعَلَى الْأَبْوَابِ سُتُوْرٌ مُرْخَاةٌ، وَعَلَى بَابِ الصِّرَاطِ دَاعٍ يَقُوْلُ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ، ُادْخُلُوا الصِّرَاطَ جَمِيْعًا وَلَا تَعُوْجُوْا، وَدَاعٍ يَدْعُو مِنْ فَوْقِ الصِّرَاطِ، فَإِذَا أَرَادَ الْإِنْسَانُ أَنْ يَفْتَحَ شَيْئًا مِنْ تِلْكَ الْأَبْوَاِبِ، قَال: وَيْحَكَ، لَا تَفْتَحْهُ؛ فَإِنَّكَ إِن تَفْتَحُهُ تَلِجْهُ. فَالصِّرَاطُ الإِسْلَامُ، وَالسُّوْرَانِ حُدُوْدُ اللهِ، وَالْأَبْوَابُ الْمُفَتَّحَةُ مَحَارِمُ اللهِ، وَذَلِكَ الدَّاعِي عَلَى رَأْسِ الصِّرَاطِ كِتَابُ اللهِ، وَالدَّاعِي مِنْ فَوْقِ الصِّرَاطِ وَاعِظُ اللهِ فِي قَلْبِ كُلِّ مُسْلِمٍ"

Artinya:
Allah membuat suatu perumpamaan, yaitu sebuah jembatan yang lurus; pada kedua sisinya terdapat dua tembok yang mempunyai pintu-pintu terbuka, tetapi pintu-pintu tersebut terdapat tirai yang menutupinya, sedangkan pada pintu masuk ke jembatan itu terdapat penyeru yang menyerukan, "Hai manusia, masuklah kalian semua ke jembatan ini dan janganlah kalian menyimpang darinya." Dan diatas jembatan terdapat pula seorang penyeru; apabila ada seorang yang hendak membuka salah satu dari pintu-pintu (yang berada di kedua jembatan) itu, maka penyeru itu berkata, "Celakalah kamu, janganlah kamu buka pintu itu, karena sesungguhnya jika kamu buka niscaya kamu masuk ke dalamny." Jembatan itu adalah agama Islam, kedua tembok itu adalah batasan-batasan (hukum-hukum/had) Allah, pintu-pintu yang terbuka itu adalah hal-hal yang diharamkan oleh Allah, sedangkan juru penyeru yang berada di depan pintu jembatan adalah kitabullah, dan juru penyeru yang berada diatas jembatan itu adalah nasehat Allah yang berada dalam kalbu/hati setiap orang muslim. (H.R. Imam Ahmad)